Tim Ekspedisi Meratus Temukan 32 Tanaman Langka

Ilustrasi. Kelompok pemuda pencinta lingkungan Forum Komunitas Hijau (FKH) Citra Sanggam Balangan, Kabupaten Balangan Kalsel, menemukan sebuah pohon teramat besar saat jelajah hutan di Kecamatan Halong. Pohon ini sampai memerlukan delapan orang untuk mengelilinginya. (Foto: Antara Kalsel/Hasan Zainuddin)

Tim Ekspedisi Meratus Kebun Raya Banua dan Balai Penelitian Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menemukan 32 jenis tanaman langka berupa buah, obat-obatan, dan anggrek langka di kawasan Pegunungan Meratus, Desa Marajai, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Staf Peneliti dari Kebun Raya Banua, Riani, di Banjarmasin, Rabu (28/2) mengatakan, dua hari pertama ekspedisi dan eksplorasi, tim berhasil menemukan dan menandai 32 jenis tumbuhan buah-buahan.

Selain itu, juga tumbuhan obat-obatan, anggrek dan kayu-kayuan, yang terdiri atas 127 pohon anakan dan individu, serta 230 pohon.

"Sebagian dari beberapa jenis yang kita dapatkan tersebut, merupakan flora langka dan belum dikoleksi kebun raya."

Eksplorasi Tim Ekspedisi Meratus 2018 yang juga melibatkan Pena Hijau Indonesia di wilayah hutan Desa Marajai, dan anak desa Tinggar Kecamatan Halong itu, berhasil menemukan puluhan jenis flora, berupa tumbuhan buah lokal, obat-obatan dan anggrek yang sebagian masuk kategori tumbuhan langka.

Ketua Tim Ekspedisi Meratus 2018 Saefudin, mengatakan pihaknya masih akan melakukan eksplorasi di kawasan hutan puncak Meratus, yang disebut Padang Jelamu.

Wilayah itu belum banyak dimasuki orang, dengan waktu tempuh setengah hari berjalan kaki dari desa terakhir.

"Sebagian kawasan hutan tersebut masih perawan dan kami berharap akan menjumpai flora yang lebih beragam," katanya.

Selain kawasan Pegunungan Meratus di wilayah Kabupaten Balangan, tim ekspedisi yang juga dibantu pemandu lokal dan tim Dinas Lingkungan Hidup kabupaten ini, juga berencana melakukan eksplorasi di wilayah Kabupaten Tabalong.

Kawasan Pgunungan Meratus yang membentang di sembilan kabupaten di wilayah Kalsel, memiliki keanekaragaman hayati melimpah.

Banyak tanaman buah lokal khas Meratus yang tidak ada di daerah lain, seperti kapul, kusit, limpatu, kulidang, kasai, marawin, karantungan, beberapa jenis durian, dan buah lainnya.

Ada juga jenis tumbuhan kayu yang mulai langka seperti ulin, damar, keruing, meranti, dan sebagainya.

Ada juga jenis bunga anggrek yang tumbuh di batu (litofit), tumbuh di tanah (terestial), dan yang menempel di pohon (epifit), serta bebungaan lainnya.

"Salah satu yang dilakukan tim adalah mencatat sampel tanaman buah, obat, dan kayu-kayuan di Pegunungan Meratus dan sebagian untuk menambah koleksi Kebun Raya Banua serta penelitian lanjutan," katanya.

Anggota Tim Ekspedisi Meratus 2018 dari Pena Hijau Indonesia, Andi Oktaviani, mengatakan selama satu minggu, Tim Ekspedisi Meratus menjelajahi Pegunungan Meratus Desa Marajai dan Desa Padang Jelamu, Kecamatan Halong, Balangan.

"Kondisi cuaca berupa hujan deras membuat kegiatan eksplorasi beberapa kali harus terhenti, karena beratnya medan di lapangan seperti sungai yang meluap, jalur pendakian licin," kata Andi.

Kebun Raya Banua Kalsel dibangun sejak 2012 lalu, di lahan seluas sekitar 100 hektare di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel, saat ini telah memiliki berbagai koleksi aneka flora khas Kalimantan.

Jumlah tanaman di Kebun Raya Banua untuk pembibitan 8.000 spesimen, koleksi tertanam 1.299 spesimen dari 231 jenis penghijau, ditambah ornamen 3.510 spesimen dari 46 jenis, dan sekitar 300 spesimen anggrek, beberapa di antaranya merupakan tanaman berkhasiat obat. (Antaranews.com)

Sumber.
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==