Kedawung Dijuluki Raja Tumbuhan Obat-obatan Hutan

Kedawung (Parkia roxburghii, G.Don). (Foto: overcomedisease.blogspot.co.id)

Kedawung lebih dikenal sebagai nama tempat, atau nama produk peranti rumah tangga. Tidak banyak orang yang mengenalnya sebagai tumbuhan.

Kedawung  termasuk satu di antara 30 spesies tumbuhan obat langka Indonesia. Di Indonesia umumnya pohon kedawung hidup di hutan, di lereng-lereng yang terjal.

Dikutip dari biologionline.info, tumbuhan ini dikenal sebagai salah satu raksasa hutan, karena berbentuk pohon tinggi, dan memiliki akar papan yang tingginya bisa mencapai 5 meter. Dengan deskripsi seperti itu, pohon kedawung langsung dapat menahan jika terjadi erosi atau tanah longsor.

Kedawung  yang memiliki nama ilmiah Parkia roxburghii, G.Don, adalah suku polong-polongan atau Fabaceae. Mengutip Wikipedia,  tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan obat penting dalam industri jamu, terutama bijinya.

Bentuk bijinya mirip petai. Warna biji kedawung hitam pekat dengan bentuk lonjong dan sedikit pipih. Banyak orang  mengolah biji ini dengan menghaluskan terlebih dahulu agar bisa dikonsumsi. Biasanya kedawung biji halus kedawung diseduh dan ditambah bahan lain seperti madu untuk menghilangkan rasa pahit.

Dr Ir Ervizal AM Zuhud, profesor di bidang konservasi tumbuhan obat tropika di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,  menunjuk kedawung sebagai tumbuhan obat terpenting di Jawa, dan sekarang sudah langka. Pohon kedawung memiliki manfaat beragam.

Daunnya bisa untuk obat sakit perut. Bijinya bermanfaat untuk gangguan rasa sakit, seperti nyeri haid, nyeri sebelum bersalin, demam nifas, kolera, sakit perut, mulas, masuk angin, antidiare, karminatif, borok, kudis, sakit pinggang, sakit jantung, cacingan, radang usus, dan cacar air.

Kulitnya juga untuk mengobati kudis. Biji kedawung yang ditumbuk bisa dijadikan sebagai obat cuci rambut. Khasiatnya yang paling terlihat adalah sebagai antibakteria, dan digunakan dalam pengobatan tradisional untuk infeksi dan gangguan perut. 

”Masyarakat Jawa pada masa lalu banyak mengonsumsinya, tetapi sekarang tidak,” katanya, dikutip dari Kompas.com pada 24 Januari 2011 .

Penelitian Dr Ir Ervizal AM Zuhud dkk, mengenai aktivitas antimikroba ekstrak kedawung terhadap bakteri patogen (2001), menunjukkan bahwa kulit batang memiliki aktivitas antibakteri terkuat terhadap empat jenis bakteri yang diuji. Karena manfaatnya yang beragam tersebut, bahkan Ervizal  merekomendasikan kedawung, agar dijuluki sebagai pohon raja obat-obatan hutan.

Pemerian Botani Pohon Kedawung

Kedawung merupakan tumbuhan berbatang besar. Tingginya sekitar 45 meter. Bunga, daun, dan buahnya menyerupai pohon petai. Biji kedawung rasanya agak pahit dan berbentuk telur sedikit pipih. Kedawung hidup liar di hutan dan di ladang pada ketinggian 600 meter dari permukaan air laut.

Pohon kedawung, dikutip dari ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id, batangnya berkayu, tegak, permukaan licnopodial, batang nya berwarna cokelat,  setelah tua menjadi putih kotor.

Daunnya majemuk, tangkai daun berkelenjar, pada cabang pertama terdapat 15-42 pasang anak daun, cabang kedua sampai 80 pasang, pangkalnya membulat, ujung meruncing, permukaan atas mengkilap hijau.

Bunganya majemuk, bentuk malai, bunga jantan, dengan benang sari sepuluh, terletak dekat tangkai, bunga lainnya berkelamin dua dengan 10 benang sari dan satu putik, kuning. Buahnya berbentuk polong, terdapat 15-21 biji, hitam. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih, keras, bagian tengah berbintik-bintik, bagian tepi halus, cokelat tua sampai hitam. Akarnya tunggang,  dan berwarna cokelat.

Kedawung (Parkia roxburgii, G.Don), menurut tim peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Bogor, dikutip dari webcache.googleusercontent.com, tersebar secara luas di kawasan Afrika seperti Senegal dan Gambia. Kulit batang, daun, bunga, dan polong tumbuhan ini, banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional maupun bahan makanan. Kulit ari dan pulp dari polong di beberapa negara Afrika banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok.

Mertz dan kawan-kawan, dalam tulisannya,  “Importance and seasonality of vegetable consumption and marketing in Burkina Faso”, Economic Botany 55 (2): 276-289) 2001, melaporkan di di Burkina Faso 78-85 persen kebutuhan konsumsi sayuran dipenuhi oleh “dawa-dawa”, hasil fermentasi dari biji kedawung,

Masyarakat Ghana juga mengkonsumsi “dobulong” yaitu lapisan kuning yang menyelimuti biji kedawung. Dobulong ini kaya dengan kandungan vitamin C dan karbohidrat .

Di Afrika, tumbuhan ini secara tradisional digunakan dalam beberapa macam pengobatan seperti diare, sakit gigi, infeksi, luka, luka bakar, rematik, bronchitis, dan darah tinggi.

Kedawung , menurut Wikipedia, memiliki aneka nama lokaldi antaranya kedawung (Melayu), peundeuy (Sunda), kedawung (Jawa).

Menurut Karel Heyne, peneliti botani dari Belanda dalam bukunya, Tumbuhan Indonesia II, penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya Departemen Kehutanan 1987, tumbuhan yang dikenal sebagai salah satu raksasa hutan ini, tumbuh secara tidak berkelompok diseluruh Pulau Jawa di daerah dengan ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut. 

Secara tradisional tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat berbagai penyakit. Biji kedawung tua sering digunakan untuk mengobati penyakit kolik dan juga sebagai bahan campuran obat kolera.

Suharmiati dan Lestari Handayani dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Surabaya, dalam laporan penelitian yang berjudul “Bahan Baku Khasiat dan Cara Pengolahan Jamu Gendong Studi Kasus di Surabaya Tahun 1998”, dikutip dari lembaga.wima.ac.id, menyebutkan biji kedawung juga banyak digunakan sebagai salah satu bahan campuran dari jamu, khususnya jamu gendong.

Lima jenis jamu gendong, yakni beras kencur,cabe puyang, pahitan, kudu laos, dan uyup-uyup, selalu menggunakan kedawung sebagai salah satu campurannya.

Kedawung, menurut tim peneliti dari Biochemistry Laboratory, Sekolah Tinggi Pertanian, Universitas Pertanian Pusat, Imphal, India, dan Departemen Ilmu Hayati, Universitas Manipur, Imphal, India, adalah tumbuhan yang tumbuh subur di negara-negara India Utara-Timur dan Asia Tenggara. Polong kedawung mengandung saponin, flavonoid, dan tannin, dapat dimanfaatkan dengan benar dapat menjadi sumber tambahan protein nabati.

Tim peneliti Dept of Botani Universitas Udisha India, dikutip dari indianforester.co.in, meneliti potensi kedawung, yang dikenal sebagai pohon serbaguna dan banyak tumbuh di wilayah timur laut India, terutama di Manipur, Mizoram, dan Nagaland.

Tumbuhan ini memiliki nilai ekonomi yang signifikan seperti sayuran, obat-obatan, industry, dan kayu api di wilayah tersebut. Pohon ini cocok untuk reklamasi tanah yang ditinggalkan dan juga sebagai tanaman agroforestri. Jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menjadi sumber tambahan protein nabati dan minyak nabati.

Manfaat  Herbal Kedawung

Dikutip dari ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id, daun, biji, dan kulit batang kedawung, mengandung saponin dan flavonoida. Di samping itu, daun dan kulit batang juga mengandung tanin.

Biji kedawung berkhasiat sebagai obat perut kembung, obat kolera dan obat radang usus, sedang daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat mulas.

Tim peneliti Fakutas Teknologi dan Industri Pangan Institut Pertanian Bogor, meneliti aktivitas antimikroba ekstrak kedawung  terhadap bakteri patogen. Kedawung biasanya digunakan sebagai obat tradisional untuk infeksi dan sakit perut, yang disebabkan oleh bakteri. 

Melalui penelitian itu mereka ingin mengetahui aktivitas antimikroba dari biji akar daun kedawung. Kesimpulan menunjukkan biji dan akar kedawung memiliki aktivitas antimikrobia tertinggi pada bakteri Escherichia coli, Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus.

Dikutip dari Jurnal Asia Mikrobiologi, Ilmu Bioteknologi & Ilmu Lingkungan Vol 9, Edisi 3, 2007; Halaman No (621-626), ekstrak biji dan  kulit luar polong dan daun kedawung, sangat efektif terhadap beberapa bakteri patogen manusia dan nematoda parasit. Ekstrak biji dan daun ternyata sangat bergizi, dan memiliki kandungan protein dan minyak yang tinggi. Daun ditemukan sebagai sumber vitamin C dan kalsium yang baik.

Tim peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), juga mengkaji kandungan fitosterol pada tanaman kedawung. Dikutip dari webcache.googleusercontent.com, beberapa hasil penelitian menunjukkan itosterol mampu mengurangi kadar kolesterol total dan LDL kolesterol di dalam darah. Kehadiran beta-sitosterol di dalam hati menghambat pembentukan kolesterol di hati.

Hasil penelitian menyebutkan, seluruh bagian tanaman kedawung, antara lain biji, polong, daun, tangkai daun, kulit pohon mengandung senyawa fitosterol yang cukup signifikan. Kandungan fitosterol paling tinggi terdapat pada bagian tangkai daun, dan polong.

Kedawung baik dikonsumsi, mengingat kandungan fitosterolnya tinggi, bahkan beberapa ahli gizi menyarankan konsumsi fitosterol sebanyak minimal 1 gram per hari. Jumlah tersebut diduga secara efektif dapat menurunkan penyerapan kolesterol yang berasal dari makanan. 

Tim peneliti Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), meneliti efektivitas pemberian dekok (ekstraksi rebusan) kedawung terhadap penurunan kadar kolesterol pada tikus putih (Rattus norvegicus).

Kedawung  merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional, maupun bahan makanan. Kedawung mempunyai kandungan fitosterol yang berfungsi sebagai pengadang kolesterol jahat. Tim peneliti UMM itu ingin mengetahui pengaruh fitosterol pada dekok kedawung untuk menurunkan kadar kolesterol pada tikus putih dan mengetahui dosis dekok kedawung yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol pada tikus putih.

Sumber.
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==