Pohon kemenyan. (Foto: unej.ac.id) |
Sebut kemenyan, maka yang muncul pertama kali di ingatan umumnya adalah peristiwa magis. Kemenyan yang berbentuk kristal keruh, berwarna cokelat maupun putih, memiliki bau wangi semerbak, biasanya memang dibakar mengiringi ritual keagamaan dan upacara adat.
Namun, kemenyan sebenarnya memiliki banyak manfaat, jauh dari sekadar wewangian dalam ritual adat ataupun keagamaan. Kemenyan dimanfaatkan dalam industri kosmetika, selain itu juga memiliki manfaat sebagai bahan pengobatan, bumbu rokok, bahkan untuk aroma terapi. India telah memperdagangkan getah kemenyan ini lebih kurang satu abad sebelum Masehi.
Kemenyan adalah getah yang dihasilkan dari kulit pohon kemenyan. Tumbuhan kemenyan, mengutip dari Wikipedia, adalah salah satu tanaman asli Indonesia.
Tumbuhan kemenyan termasuk dalam ordo Ebenales, familia Styracaceae, dan genus Styrax. Ada tujuh jenis kemenyan yang menghasilkan getah, tetapi hanya empat jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis, yaitu kemenyan durame (Styrax benzoine, Dryand), kemenyan bulu (Styrax benzoine var. Hiliferum), kemenyan toba (Styrax sumatrana, JJSm), dan kemenyan siam (Styrax tokinensis).
Tumbuhan kemenyan tersebar alami di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Tetapi, jenis kemenyan yang paling umum dibudidayakan secara luas adalah di Sumatera Utara, jenis kemenyan toba dan kemenyan durame. Pohon kemenyan jenis itu tumbuh di daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah, yang hasilnya dikenal dengan nama daerah haminjon atau kemenyan toba.
Kemenyan toba biasa dikenal juga dengan nama sinonimnya, Styrax paralleloneurum. Budidaya pohon kemenyan di daerah Tapanuli, Provinsi Sumatera Utara, dikenal sudah cukup lama, diperkirakan dimulai akhir tahun 1800-an yang berawal di daerah Nai Pospos dan Silindung.
Pohon kemenyan, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dan Dirjen Bina Usaha Kehutanan, memiliki nilai ekonomi penting, dilihat dari luas kebun kemenyan di beberapa daerah di Sumatera Utara, terutama daerah Tapanuli. Data BPS Sumatera Utara pada 2008, menyebutkan luas kebun kemenyan terluas terletak di Kabupaten Tapanuli Utara (16.359 ha) dan Kabupaten Humbang Hasundutan (9.594 ha). Humbang Hasundutan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, yang juga daerah penghasil kemenyan terbesar.
Permintaan dan kebutuhan getah kemenyan hingga saat ini masih terus mengalir. Getah kemenyan sebenarnya sangat sedikit dikonsumsi langsung di Sumatera Utara. Konsumennya berada di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan untuk ekspor.
Penggunaan kemenyan di beberapa daerah untuk rokok siong, klembak, dan bahan dupa. Adapun negara tujuan ekspor kemenyan utama adalah Singapura, Swiss, Jepang, Malaysia, Uni Emirat Arab, Taiwan, dan Prancis.
Kemenyan seperti dikutip dari unej.ac.id adalah tanaman berupa pohon, tingginya bisa mencapai 24-40 meter. Diameter batangnya mampu mencapai 60-100 cm. Batangnya lurus dan hanya memiliki sedikit percabangan. Kulit pohon beralur, namun tidak dalam, dengan warna kulit merah anggur. Sedangkan kayu gupal kemenyan berwarna putih.
Daunnya tunggal dan tersusun spiral, berbentuk oval membulat, hingga memanjang. Permukaan bawah daun berwarna putih sampai abu-abu, agak mengkilap. Warna daun jenis kemenyan toba lebih gelap kecokelatan dan lebih tebal dibandingkan jenis kemenyan durame.
Bunganya majemuk, berbentuk tandan (malai), bertangkai panjang, memiliki 9-12 helai daun mahkota bunga. Bunga muncul pada ujung atau ketiak daun. Kemenyan berbunga sekali dalam tahun, antara bulan November hingga Januari. Buahnya gepeng lonjong dengan berwarna cokelat keputihan.
Kemenyan, mengutip dari Wikipedia, sering juga disebut olibanum, memiliki aroma wewangian. Getah kemenyan juga dapat diolah dan diperoleh dari pohon dari genus Boswellia, jenis Boswellia sacra, yang disebut kemenyan arab (Sinonim Boswellia carteri, Boswellia thurifera, Boswellia bhaw-dajiana), Boswellia frereana, dan Boswellia serrata (kemenyan India).
Manfaat dan Khasiat Kemenyan
Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan tanaman Hutan, dan Dirjen Bina Usaha Kehutanan, menyebutkan getah kemenyan antara lain mengandung asam sinamat, asam benzoat, styrol, vanillin, styracin, coniferil benzoate, coniferil sinamate, resin benzoeresinol, dan suma resinotannol.
TM Simanungkalit melalui penelitiannya pada 1993, dan ML Khan (2001), asam sinamat adalah bahan penolong pada pembuatan berbagai bahan kimia pada pembuatan obat-obatan (farmasi), parfum, kosmetik, makanan, dan minuman. Di antaranya bahan obat antiseptic expectorant (pelega pernapasan),obat mata untuk katarak, unsur perantara pada pembuatan obat antibiotik, dan streptomycin.
Bahan ini juga digunakan sebagai pengawet makanan dan minuman, atau sebagai food additive, yaitu bahan tambahan untuk makan dan minuman. Kandungan sinamat dapat juga digunakan dalam pembuatan parfum, untuk mendapatkan aroma yang lebih baik, dan untuk kebutuhan obat-obatan pertanian. Penggunaan asam sinamat untuk kosmetik sudah lama dikenal, karena bahan tersebut bermanfaat sebagai pelindung kulit terhadap sinar matahari, dan juga karena memiliki sifat astrigent, sehingga dapat mengeluarkan kotoran-kotoran yang terdapat pada kulit (wajah).
Dalam pengobatan tradisional Tiongkok, kemenyan digunakan untuk mengobati masalah kulit dan pencernaan. Sedangkan di India, kemenyan digunakan untuk mengobati arthritis. Khasiat kemenyan sebagai obat arthritis tersebut mendapat dukungan dari penelitian laboratorium di Amerika Serikat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh King Abd Al-Aziz University di Arab Saudi menemukan kemenyan bisa menurunkan kadar kolesterol jahat.
Kemenyan, menurut peneliti Nadia Saleh Al-Amoudi, bisa dipadukan dengan materi dari tumbuhan lain untuk meningkatkan kesehatan jantung. Akan tetapi, masih belum ditemukan cara yang jelas agar manusia bisa mengonsumsinya. Para ilmuwan telah mengamati ada kandungan dalam kemenyan yang menghentikan penyebaran kanker. Namun, belum diketahui secara pasti kemungkinan kemenyan sebagai antikanker. Pada abad kesepuluh, Ibnu Sina, ahli pengobatan Arab, merekomendasikan kemenyan sebagai obat untuk tumor, bisul, muntah, disentri, dan demam.
Selain itu, pemanfaatan getah kemenyan digunakan sebagai vernis, telah dilakukan penelitian Balai Litbang Industri Medan (1983), menghasilkan vernis yang cukup baik. Selain itu, getah kemenyan digunakan dalam pembuatan lilin, yang menghasilkan asap lilin yang beraroma khas. Lilin dengan karakter tersebut dianggap cukup sesuai untuk kegiatan religi.
Pohon kemenyan juga sangat prospektif untuk furnitur dan konstruksi. Khusus untuk bahan furnitur, akan menghasilkan produk cukup bernilai tinggi karena corak kayunya cukup bagus, dengan warna merah kecokelatan. Selain itu pada proses finishing kayu tersebut tidak banyak menyerap bahan finishing yang secara ekonomi menguntungkan.
Sumber.